Sejarah MINU CURUNGREJO

Pada tahun 1951 di desa Curungrejo berdiri sebuah Madrasah Diniyah yang diprakarsai oleh Jamaah Nahdlatul Ulama’ dan atas gagasan dari berbagai tokoh masyarakat, antara lain :

  1. Bapak Abdullah  ( Boro Utara )
  2. Bapak Naim ( Boro Selatan Kampung Tengah )
  3. Bapak Madun ( Boro Selatan Kampung Tengah )
  4. Bapak Mahmud Jamburi ( Boro Selatan )
  5. Bapak Muari (Boro Selatan)
  6. Bapak Romli  ( Boro Utara )

Latar belakang berdirinya Madrasah Diniyah tersebut adalah dikarenakan banyaknya anak usia sekolah yang tidak sekolah dan pada waktu itu letak Sekolah Dasar sangat jauh.

Pada awal kegiatan belajar mengajar, madrasah masih belum memiliki gedung, sehingga ditempatkan di rumah penduduk. Yaitu di rumahnya Bu Astutik dengan jumlah murid kurang lebih 80 orang atau 4 kelas. Semakin lama muridnya semakin banyak hingga mencapai 6 kelas dan akhirnya rumah Bu Astutik tidak bisa menampungnya. Sehingga jalan keluarnya harus mencari tempat yang lebih besar dan lebih luas. Akhirnya diputuskan untuk menempati rumah Bapak Ihsan yang telah diijinkan untuk ditempati.

Meskipun bertempat di rumah-rumah, tetapi kegiatan belajar mengajar diusahakan duduk di atas bangku walaupun terbuat dari bambu, sedangkan mejanya dari papan tempat memotong sayur. Adapun dinding ruangan  terbuat dari sesek bambu (gedek).

Beberapa tahun kemudian, karena siswanya terus bertambah sedang rumah Bapak Ihsan sudah tidak mampu lagi menampung siswa yang begitu banyak maka para tokoh masyarakat dan Dewan Guru bermusyawarah untuk mencari tempat yang dapat digunakan untuk mendirikan gedung madrasah.

Akhirnya pada tahun 1960 Bapak H. Said membeli tanah milik Pak Pahit (Sripan) yang mendapatkan dari ayahnya yang bernama Pak Wagiso seluas 884 M² yang kemudian oleh Bapak H. Said tanah tersebut diwaqofkan ke Madrasah dan didirikanlah gedung madrasah sejumlah 6 ruang kelas dan 1 ruang kantor.

Di awal berdirinya hingga tahun 1960 sistem pengelolaan Madrasah Diniyah tersebut masih bersifat kebersamaan dan mulai tahun 1960 sistem pengelolaannya mulai ditertibkan. Nama Madrasah yang mulanya hanya Madrasah Diniyah kemudian secara resmi dinamakan “Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama’ Curungrejo” yang disingkat menjadi “MINU Curungrejo”. Dan termasuk di dalamnya adalah pembentukan Pengurus Madrasah.